Film Horor: Friday The 13th

Mengambil Definisi dari KBBI,  Horor adalah  sesuatu yang menimbulkan perasaan ngeri atau takut yang amat sangat. Dimana efek “impresi” sensasi rasa ngeri atau takut tersebut pada sebagian besar yang dialami orang bisa sampai pada level terhantui dan terbayang sampai dengan jangka waktu tertentu dan atau bilamana sedang berada pada situasi yang serupa dengan peristiwa horor yang pernah dialami.


Jika membahas mengenai hal-hal yang berbau hororisme, terlebih yang ada kaitannya dengan makhluk invisible Bismillahirrahmaanirrahiim saya belum pernah ngalami dan semoga tidak akan pernah menemui hal-hal horor tersebut.  Konon kata teman-teman,  orang yang bisa melihat sesuatu yang invisible memang pada dasarnya memiliki “unsur” khusus atau peka, semacam ada gelombang yang ada kemiripan dengan si makhluk tak kasat mata tersebut. Makhluk invisible dan kasat mata yang saya maksudkan BUKAN sejenis bakteri, virus, mikroorganisme atau sesuatu yang ukurannya mikro partikel lhoh?

Tapi kalau film horor, bisa deh saya nyebutin sebuah judul film yang sukses membuat saya merasa benar-benar ngeri dan terhantui sampai level akut. Kenapa saya bilang akut? Bukan bermaksud lebay atau alai-alai apalah, tapi memang tiap selesai nonton Friday The 13th saya berubah jadi penakut, bahkan untuk pergi ke dapur saja saya enggak berani. Tapi kalau sudah pagi, ya berani lagi. Hehehee… 
Legenda Friday The 13th sebagai film horor yang menakutkan
Saya kenal Friday The 13th saat tayang sebagai salah satu acara serial di TV tiap hari Kamis sekitar jam 20.00 WIB. Kakak-kakak saya suka banget lihat serial tersebut, meskipun harus dibela-belain nonton di rumah tetangga. Tahu kan, saya sudah terbiasa hidup sehari-hari tanpa ada televisi karena bagi keluarga kami barang tersebut tergolong tersier (kala itu). Jadi untuk lihat TV ya harus nebeng di rumah tetangga, termasuk untuk nonton Friday The 13th ini.

Serial horor tersebut bercerita tentang sebuah toko yang menjual barang-barang antik. Adalah Pak Lewis sang pemilik toko “Curious Goods” yang membuat sebuah perjanjian dengan iblis untuk menjual barang-barang yang sudah dikutuk, dengan imbalannya dia akan mendapakan kekuatan. Pada akhirnya mister Lewis menginkari janji sehingga nyawanya ikut terenggut. 

Sepeninggal sang pemiliknta, toko barang antik diwarisi oleh dua keponakan Pak Lewis yaitu Micky Foster dan Ryan Dallion. Mereka berdua akhirnya menjual barang-barang antik yang sudah mengandung kutukan maut tapi kemudian dihentikan oleh Om Jack Marshack, sahabat Pak Lewis. Karena Om Jack ini tahu betul bahaya apa yang ada dibalik pesona barang-barang antik yang berasal dari Toko “Curius Goods” tersebut.

Serial Friday The 13th ini kemudian lebih banyak bercerita tentang kisah perburuan barang antik yang sudah terjual oleh dua saudara sepupu, Micky dan Ryan yang didampingi Om Jack. Lika-liku perburuan yang penuh unsur horor, juga perdebatan dengan orang-orang yang sudah membeli barang antik, dimana rata-rata mereka tidak mau menjual kembali meskipu sudah dedel duel diberitahu akibat fatal yang mungkin terjadi.

Bagi saya, Friday the 13th adalah film terhoror yang pernah saya lihat. Walaupun tiap kali nonton, hampir separuh sesi saya menutupi mata atau telinga dengan tangan sekaligus bikin saya adict untuk ikut-ikutan kakak melihat serial tersebut lagi dan lagi.

Aura horor Friday the 13th sudah terlihat jelas mulai dari intro film, adegan, dialog, suara jeritan, petir dan iringan musik yang bisa membangkitkan bulu kuduk dan efek visual pendukung lainnya, sempurna menjadi pembuka yang benar-benar kesan horornya sangat kuat, mencekam dan bikin merinding. 

Serial film horor ini dimulai dengan cuplikan adegan yang menakutkan, dilanjutkan dengan sebuah view dari lubang kunci pintu kemudian pemandangan di dalam ruangan yang berisi barang-barang kuno seperti cermin, boneka monyet, kursi, gramafon dan diakhiri dengan sebuah toples kaca yang pecah kemudian muncul tulisan "Friday The 13th". Sudah bisa dibayangkan bagaimana gambaran hororisme yang terciptakan?

Al hasil, ketika serial Friday The 13th tersebut diangkat ke layar lebar di tahun 2009, dengan mantap saya tidak berkeinginan untuk nonton. Bahkan bila ada yang nawari nobar gratis, saya tak akan tergoyahkan. Secara, mana bisa saya jejeritan kalau nonton di bioskop? Tapi kalau suatu saat nanti akan tayang di TV, mungkin bisa saya pertimbangkan untuk menontonnya. Itung-itung nostalgia akan rasa ngeri dan takut yang mencekam. *gak janji sih*

Demikian Kisah Horor yang pernah saya alami, tepatnya film horor yang sukses membuat saya dihantui perasaan ngeri dan takut yang amat sangat. 

Anda juga punya kisah film horor yang berkesan juga kan? Atau adakah kejadian horor lain yang pernah dialami?

4 comments:

  1. Saya dulu beberapa kali nonton film ini. Lama2 saya tinggalkan. Masa mau menghivur diri kok malah tegang.
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
  2. Hihihi dulu suka nonton tapi kalau pas bagian yang menegangkan tutupan bantal.

    ReplyDelete
  3. Sekalinya nonton dulu pas masih SD inget banget. Berdarah2 gitu. Abis itu gak berani lagi

    ReplyDelete
  4. Wah, sama mbak. Saya juga rasanya kalo nonton horor belum sanggup. suka terbayang2 dan jadi tertekan sendiri ._.

    ReplyDelete

Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.