Weekly Photo Challenge: Urban

Kebetulan ada koleksi foto yang semoga bisa masuk kategori 'Urban'. Foto ini saya ambil saat dalam perjalanan ke luar kota dan kebetulan di depan mobil saya melintas pick up yang mestinya digunakan untuk angkutan barang tapi dipenuhi penumpang yang hendak berangkat kerja. So, here this picture for Weekly Photo Challenge: Urban







Read More >>

Indahnya Budidaya Ikan Lele

Aku yakin setiap orang tentu ingin punya job side selain pekerjaan utama, demikain juga dengan diriku. Secara explisit, saat ini saya memang belum punya bisnis di sektor tapi suatu hari saya berharap bisa merealisasikan bisnis impian saya. Jadi untuk event  Give Away untuk membuat postingan tentang bisnis, maka Bismillahirrahmaanirrahiim saya memilih tema : Bisnis Apa Yang Ingin Kamu Jalani? Kenapa Pilih Bisnis itu?. Dan inilah 1 paragraf singkat tentang bisnis yang saya impikan: 

Jenis Bisnis yang ingin saya lakukan adalah budidaya Ikan Lele. Kenapa saya pilih Ikan lele karena:
  1. Bisa dilakukan dengan modal sedikit dan lahan yang tidak luas serta waktu yang flexible.
  2. Lele jenis ikan yang ‘tahan’ banting, artinya bisa monitoring dan treatment kolam tidak terlalu njlimet. Lele ditaruh di sawah bisa memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele juga bisa dikembangbiakkan di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. Jadi ikan lele sebenarnya tak hanya bernilai ekonomis tapi juga punya banyak sisi mutualisme lainnya.
  3. Konsumsi Lele semakin meningkat dari waktu ke waktu karena Lele merupakan salah satu jenis ikan yang minim cemaran residu logam berat maupun antibiotik jadi komoditas Lele mempunyai peluang pasar yang sangat significant.
  4. Kandungan Gizi Ikan Lele juga relatif tinggi, yaitu: Kalori: 217, Protein: 26.7g,  Selenium :20.7mcg, Vitamin B12 :4mcg, Kalium: 459mg, dan Niacin 3.6mg [sumber: http://www.mothernature.com/Library]
Ikan Unagi Kabayaki [bakar]
Indahnya Budidaya Ikan Lele ini dalam rangka memeriahkan
GIVEAWAY Asyiknya Berbisnis yang diselenggarakan Blog CINTA DAMAI



Read More >>

Rolade Fillet Salmon

Jenis olahan rolade ikan atau biasa disebut ikan gulung merupakan salah satu diversifikasi pengolahan hasil perikanan yang menggunakan kembang tahu sebagai pembungkus sekaligus memberikan cita rasa yang khas. Dan sebenarnya resep ini merupakan modifikasi dari jenis rolade yang sudah ada dan kebetulan Ramadhan 1432 H lalu ada event bikin resep yang diselenggarakan oleh Quaker Oatmeal, jadi mohon maaf semoga tidak dianggap promosi jika aku mengikutkannya dalam lomba GiveAway Nyam Nyam ini. Dalam rangka ikut menyemarakkan eventnya Mbak Enny untuk sharing tentang pengalaman membuat masakan, maka semoga tidak menyalahi Term and Condition jika aku menyertakan resep ini yang merupakan lomba bikin resep pertama yang aku ikuti dan secara mengejutkan ternyata terpilih sebagai resep favorit of the last week. Padahal saat itu, alasan keikutsertaanku semata karena sudah terlanjur bahan praktek mudik pas lebaran kan mubadzir kalau gak jadi ikutan. Makanya aku bikinnya juga gedubrak-gedubruk at last hour.

'kumus-kumus' narsis bareng Rolade
Rolade ini  sebenarnya relatif mudah membuatnya karena bahan baku ikan untuk rolade cukup banyak hampir semua jenis ikan dapat dibuat rolade ikan.  Selain itu  hanya memerlukan peralatan yang sederhana yang hampir di semua dapur ada perlengkapan yang bisa digunakan. Dan inilah rekayasa rolade fillet salmon ala Ririe Khayan

Bahan:
100 gr Quaker Oatmeal Instant
250 gr Fillet Ikan salmon ( bisa digunakan jenis ikan yang lain)
10 siung bawang putih
1 sdt lada
½ sdt pala halus
½  ruas jahe
2 sdt garam (secukupnya)
1 sdt gula rendah kalori
1 sdm tepung maizena
4 buah wortel
2 sdt irisan daun bawang

Rolade digoreng dengan kembang tahu
Cara membuat: 
1.       Ikan disiangi dan dicuci bersih
2.      Kemudian ikan dikerok dagingnya kemudian dilumatkan kedalam food processor
3.      Tambahkan garam dan diaduk terus menerus sampai berbentuk adonan yang lengket.
4.   Tambahkan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan & irisan daun bawang terus diaduk hingga homogen dan merata
5.      Tambahkan Quaker oatmeal dan tepung maizena kemudian aduk hingga merata. 
6.      Adonan dibentuk seperti lontong dengan wortel utuh dibagian tengahnya kemudian di bungkus dengan daun pisang dan dikukus + 30 menit atau ditusuk dengan lidi terasa kalis/tidak lengket
7.    Angkat dan dipotong-potong sesuai selera, atau bisa di goreng dengan kembang tahu terlebih dahulu sebelum disantap dengan saos maknyusss...

  

Rolade Fillet Salmon ini diikutsertakan dalam
"GiveAway Nyam Nyam Enny Mamito"


Read More >>

Weekly Photo Challenge: wrong

This post for Weekly Photo Challenge : Wrong. And here is my picture: A roll tisyu put near with wastafel without any cover [place].


Read More >>

Happy 2nd furrday Maru Bunny Town

Aku termasuk salah satu yang baru tahu tentang rumah penuh cinta yang didedikasikan special untuk hewan piaraan yang bernama marubunnytown. Dari blogwalking ke blog teman-teman, dan membaca postingan yang ditujukan untuk ulang tahun kedua maru bunny town sehingga membawaku singgah dirumah penuh kasih sayang untuk semua jenis hewan piaraan. Sebuah blog yang digawangi oleh satu keluarga yang penyayang binatang segenap ketulusan hati. Mbak Sary bersama sang suami dan buah hatinya: Asyiah, Ashira, dan Moses,  mereka menjadi tim yang solid dalam menghadirkan marubunnytown.

Bukan hal mudah dan aku yakin tak semua orang sanggup menyediakan ruang dalam bilik perasaannya untuk berbagi dengan binatang dalam kehidupan sehari-hari. Butuh kelembutan hati, jiwa belas kasih, ketekunan dan kesabaran pada level di atas rata-rata untuk bisa menyayangi binatang dengan tulus. Namun Mbak Sary dan segenap keluarganya mampu memberikan pembuktian untuk hidup berdampingan dengan mesra bersama mini zoo-nya. Jadi tak hanya menyajikan detail tentang perawatan dan perhatian pada binatang dalam paparan tulisan, namun juga men’download’nya dalam interaktif dunia nyata di rumah mereka. 
Induk  penyu kembali ke laut [setelah bertelur]
Secara umum, memang banyak masyarakat kita yang punya hewan piaraan tapi masih dengan economic oriented. Contoh nyata dan paling dekat denganku saja, adalah keluargaku. Memelihara binatang merupakan hal yang sudah biasa kami lakukan bahkan sejak sebelum diriku terbentuk menjadi embrio. Tapi seperti aku sebutkan bahwa orientasinya adalah memelihara binatang dengan tujuan komersial. Pernah memelihara kerbau dan sapi [tidak bersamaan], sebagai asisten nggarap sawah juga untuk diperanakkan kemudian dijual. Memelihara dan mengembangbiakkan kambing dan ayam juga demikian, untuk tujuan komersil. Pernah juga memelihara merpati, awalnya karena kakak-kakakku suka saja..tapi ketika berkembang biak jadi banyak dan ada yang tertarik membeli, kemudian dijual juga merpatinya.

Tapi ada juga hewan piaraan kami yang tidak economic oriented, salah satunya yaitu kucing [pernah juga memelihara marmut ~ sejenis kelinci dengan ukuran tubuh yang lebih mungil]. Kucinglah yang setia dipelihara [tanpa tujuan komersial] di rumah kami hingga sekarang. Diantara kami ber-9, kakakku yang akrab aku panggil Cak To yang paling sayang dengan kucing. Dialah yang suka mandiin kucing, membersihkan kutu-kutunya, mengajak bermain dan bahkan tidur pun dikeloni. Dan kucing kami yang paling lama menjadi bagian dari keluarga kami biasa dipanggil dengan si pushi, kucing jantan dengan bulu abu-abu dan putih tapi dominan warna abu-abu gelapnya. Bukan jenis kucing yang mahal, dia kucing kampung biasa dan berjeni kelamin jantan. Kami memperolehnya juga dikasih oleh tetangga.

Tukik [anak penyu] menuju laut lepas setelah ditetaskan
Binatang juga punya perasaan dan kepekaannya bisa dilatih, saya yakin hal itu dan demikianlah si pushi kami. Jika dia meong-meong minta makan, kami sering ngomongin tunggu sebentar dan detik berikutnya dia seolah paham dan menunggu makanannya siap. Atau saat dia naik ke meja, kami bilangin jangan naik meja..pushi pun turun. Oia, pushi gak suka makan tikus meski dia pandai berburu tikus. Kalau dapat tikus, hanya dipakai mainan dan dibiarkan mati dalam kondisi utuh. Tapi Sayang si pushi meninggal 2 tahun lalu. Suatu malam ibuku mendapati pushi pulang dengan tubuh terluka sepertinya habis berantem dengan kucing jantan lainnya. Dan sekitar jam 3 dini hari, saat ibuku bangun untuk sholat si pushi sudah tak bernafas dengan posisi tubuhnya membujur ke arah utara.  

Tapi syukurlah sekarang di rumah sudah dapat gantinya pushi, warnanya hitam dan ekornya panjang. Ibuku sempat nylethuk gak suka dengan ekornya yang panjang tapi itu tak mengurangi niat untuk memelihara kucing baru tersebut. Sewaktu mudik beberapa bulan lalu sempat iseng – iseng aku foto, tapi sayang filenya hilang. Jadi tidak bisa menampilkan wajah kucing kami dalam postingan special edition ulang tahun kedua  maru bunny town ini. Semoga tidak mengurangi kesemarakan ulang tahun marubunnytown yang kedua.


Met Ultah yang kedua untuk Maru Bunny Town,
semoga sukses selalu buat Maru Bunny Family
dan semakin banyak orang yang perduli pada binatang









Note:
Maaf jika gambarnya "tidak match" dengan cerita dalam postingan. Foto Penyu ini saya ambil sewktu mengunjungi konservasi penyu di Sukamade. Penyu merupakan salah satu binatang langka [purba] yang butuh perhatian dari kita semua agar populasinya tetap bisa lestari.



Read More >>

Cerita Anak SMA: Pengumuman Masuk SMA

Lulus SMP dan melanjutkan ke SMA, merupakan kegembiraan dan kebahagiaan tersendiri. Mekanisme penerimaan siswa baru memang tidak seribet sekarang, hanya mendaftar bawa Danem dan Ijazah, sepertinya sih begitu kala itu. Lha daftarnya saja secara kolektif oleh Guru sekolah di SMP kok. Bismillahirrahmaanirrahiim from the bottom of my heart, sebenarnya aku ingin banget masuk SMA Negeri di Lamongan karena SMA favorite di Lamongan saat itu memang SMA 1 dan 2 Lamongan. Apalagi nilai danemku juga masih bisa nembus di sana. Tapi rasanya aku terlalu tidak tahu diri jika tetap menyimpan hasrat tersebut. Bisa melanjutkan ke SMA apalagi di Babat itu sudah hal luar biasa. Suatu hal yang prestise dan membanggakan untuk ukuran keluargaku bisa mengirim anaknya ke SMA di Babat.

Sebenarnya sih sudah di awali oleh kakakku, dia lulus SMA pas saatnya aku masuk SMA. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa meneruskan ke SMA Negeri di Babat kalau Cak To belum lulus, karena menyediakan uang transport setiap hari untuk dua anak masih menjadi pengeluaran yang ‘mahal’ bagi orang tua kami. Untungnya tahun berikutnya, saat adikku lulus SMP, di kecamatan sudah ada SMA negeri sehingga adikku tetap bisa masuk SMA Negeri meski tidak di Babat. Dia sempat protes dan ngambeg, tapi ultimatum keadaan tak memberikannya pilihan selain menjadi siswa angkatan pertama di SMA Negeri Kedungpring yang cukup ditempuh dengan naik sepeda pancal akrena lokasinya bersebelahan dengan gedung SMP Negeri Kedungpring. Sekolah di Negeri bukan hanya soal prestise [yang tak pernah terlintas di benak kami], tapi lebih karena memang kualitas dan biayanya yang relatif murah dibandingkan jika sekolah di swasta.Karena sebagian besar kakakku tidak memungkinkan untuk masuk ke SMA Negeri yang paling dekat ya di Babat itu. Maka mulai dari Cak To, Aku dan Adikku mulai di semangati harus bisa sekolah negeri. No matter it takes !

Kembali pada cerita awal aku menjadi siswa SMA. Saatnya pengumuman penerimaan, aku sudah janjian dengan semua teman-teman yang mendaftar ke SMA Babat. Dan inilah merupakan awal aku akan menjadi Babat sebagai bagian dari aktifitasku sehari-hari. Sebelum-sebelumnya, pergi ke Babat merupakan hal langka, bahkan tidak pernah. Babat terasa sebagai kota yang jauh saat aku masih duduk di bangku SD dan SMP. Kalau saat masuk SMP aku merasa ‘sendirian’ karena dari SD anya aku yang melanjutkan ke SMP Negeri, maka tidak demikian di SMA karena jika semua teman-teman sekelasku mau atau bisa melanjutkan ke SMA, maka kami akan bertemu semuanya di SMA Negeri. Saat di SMP, angkatanku merupakan angkatan yang dijadikan program trial dimana semua siswa dengan Danem tertinggi [dari Sdnya] dijadikan dalam satu kelas yaitu kelas B. Selama tiga tahun kami bersama dalam satu kelas, sehingga sempat menimbulkan jelous dari kelas pararel lainnya. Dan ketika lulus pun, perolehan Danem kami dalam kategori papan atas dan andai jalan hidup kami sama, maka kami bisa satu SMA juga.

Hari itu, kami janjian berangkat bareng sehingga tak ada yang nyasar. Maklum aku buta sama sekali dimana lokasi SMA Negeri. Dengan naik angkutan desa yang lebih umum dikenal dengan sebutan colt, kami pun turun di Jagalan. Namanya memang aneh, karena di situ ada rumah pemotongan sapi. Dari Jagalan itu kami berjalan kaki dengan jarak tempuh hampir 1 KM. Langsung terbayang di benakku, inilah rute jalan kaki yang harus aku tempuh tiap hari untuk berangkat dan pulang sekolah. Karena kami jalan kaki beramai-ramai, maka tak terasa sampailah di gedung SMA Negeri yang selama ini hanya aku dengar dari cerita Cak To. Kami lantas menuju papan pengumuman, bukannya mer`sa sombong tapi sebenarnya aku sudah tak kaget jika di terima dan memang namaku terpampang di urutan nomer 41.

Dan semua teman-teman yang sekelas dari SMP pun diterima semua, tentu saja ada beberapa yang tidak mendaftar. Ada beberapa yang mendaftar di Bojonegoro, Lamongan, Paciran. Ada juga yang terpaksa melanjutkan SMA tahun berikutnya yaitu Suparto. Dia lebih dikenal dengan nama John Pelit, entah bagaimana asal ceritanya sampai dia dipanggil demikian. Suparto ini akhirnya menjadi adik kelas kami dan saat ini dia sukses mengabsikan ilmu dokter hewanya sebagai tenaga konsultan dan sudah menjelajah tingkat nasional sebagai pelopor di bidang peternakan. Oia, dia juga sempat masuk TV swasta dalam sebuah program Sarjana membangun desa [jika gak salah itu nama acaranya] dan pernah diminta jadi bintang iklan terkait dengan bidang peternakan. Selain Suparto yang delay masuk SMA, ada beberapa yang tak punya pilihan lain harus melanjutkan di SMA swasta yang ada di kecamatan Kedungpring saja dan sebagian lainnya lagi terpaksa tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA.

Hari itu, setelah melihat pengumuman dan mendapat brosur persyaratan untuk mendaftar ulang, kami pun menyempatkan berkenalan dengan sekolah baru kami. SMABA demikian singkatn yang ngetrend, yaitu kepanjangan dari SMA Negeri Babat sekaligus SMA Banjir karena jika musim hujan jadi langganan kedatangan luapan air. Luas areanya memang tak beda jauh dari SMP ku sebelumnya. Lantainya juga sama yaitu keramik warna abu-abu..bangku dan kursinya juga tak jauh beda. Tapi suasananya jelas sangat berbeda, jumlah kelasnya juga lebih banyak. Kantor untuk para gurunya juga lebih besar, ruangan BP juga terpisah, koperasinya juga lebih besar. Oia, ada musholanya..maklum saat itu di SMPku belum dibangun fasilitas mushola, sehingga kalau ada praktek sholat selalu dilakukan dilakukan di ruangan laboratorium biologi. Ruang perpustakaannya juga besar, ruang laboratoriumnya lebih besar dan lebih lengkap. Tempat parkirnya tak beda jauh dengan di SMPku sih. Mulai pembacaan pengumuman penerimaan murid baru SMA inilah babak awal Cerita Anak SMA dimulai...then story has begun here.. 
Read More >>

Nero dan Caesar

Nero berjalan agak terpincang, kakinya yang kanan kena lempar anak dari rumah di ujung gang yang tadi dilewatinya. “ Hem, perih juga luka lecet ini..” batin Nero dan berhenti sebentar untuk menjilati lukanya. “ Ah semoga saja luka ini besok bisa mengering...”
“ Kakimu terluka ya?,” sebuah sapaan mengejutkan Nero. Bukan sapaannya, tapi yang meyapanya itulah yang membuatnya terkejut.
“ Kok kamu seperti melihat hantu gitu sih?!”
“ Gak nyangka saja ada anjing mau menyapa aku?”  jawab Nero jujur.
“ Aku belum pernah melihatmu di sekitar komplek sini... “.
Dengan agak ragu Nero bersijingkat mendekat, bukan sok berani tapi karena si anjing terikat jadi kemungkinan  akan di serang bisa dia abaikan.
“ Panggil saja aku Caesar....” Anjing berbulu coklat keemasan dan terawat bersih itu memperkenalkan dirinya, dengan nada bersahabat. Agaknya dia bisa membaca kecurigaan yang berkilatan di bola mata Nero.
“ Orang sering mneyebutku kucing buduk, tapi dulu ada anak yang memberiku nama Nero. Aku suka dengan nama itu...kalau kamu mau memanggilku dengan nama itu tentu aku akan senang banget....”
Demikianlah awal perkenalan Nero si kucing tak bertuan dengan Caesar anjing penjaga rumah yang kehidupannya serba terjamin. Sebuah persahabatan tak lazim pun terjalin dan bergulir, seperti halnya perbedaan kehidupan mereka yang serba kontras.


“ Kadang aku iri dengan kenyaman hidupmu kawan..” tutur Nero suatu malam, saat dia mengunjungi sahabatnya itu dengan tubuh basah kuyup. Agaknya dia baru saja di guyur air saat mengais tong sampah mencari-cari sisa makanan untuk dimakan.
“ Justru aku yang iri dengan kebebasan hidupmu sobat, kamu bebas pergi kemana saja sehingga bisa melihat banyak hal di luar sana..”
Nero tercekat, dia sangat tak menyangka jika sahabatnya itu justru menghayalkan kehiudpan indah yang dilakoninya. Padahal selama ini dia selalu membayangkan jika Caesar tentu hidup bahagia. Betapa tidak, sehari-hari makan dan minum terjamin, tempat tinggal yang hangat tersedia untuknya dan secara rutin mendapatkan perawatan istimewa dari tuan rumahnya.
“ Padahal setiap hari aku harus ke sana-kemari mencari makan? Harus berburu tikus jika tak ada makanan sisa yg aku peroleh. Jika malam atau hujan, aku harus berpindah-pindah tempat sampai tak ada lagi yang mengusirku...itu yang kamu bayangkan?” tanya Nero dengan mendetailkan carut-marut hidupnya. 
“ Hemm..iya juga sih, kita tak bisa mendapatkan semua yang kita inginkan “ jawab Caesar luruh. 
“Gini saja, secara rutin aku akan mengunjungmu dan akan aku ceritakan apa saja yang aku temui padamu..karena kita tak mungkin bertukar tempat kan?” tawar Nero tulus.
Wajah caesar pun semburat gembira, mendengar kesanggupan yang diucapkan sahabatnya barusan. Seakan Nero tahu apa isi hatinya sehingga tanpa diminta dia menawarkan untuk berbagi cerita dan pengalamannya. Sejak saat itu, Nero pun rutin mengunjungi Caesar saat rumah majikannya sudah sepi. Berbagai hal yang dialaminya, dilihat dan ditemuinya diceritakan pada Caesar. Kadang saking asyiknya mendengar cerita Nero sampai membuat Caesar tertidur. Hingga suatu hari Nero tak bisa mengunjungi sahabatnya karena dia terlalu jauh meninggalkan kompleks dimana Caesar tinggal. Nero terbawa truck sampah dan baru 5 hari kemudian berhasil menemukan jalan menuju komplek perumahan dimana Caesar menjadi penunggu rumah nan megah.

Sesampai di rumah itu, Nero tidak menemukan caesar. Kandangnya kosong! Berbagai pikiran melesat dalam pikirannya: apakah caesar sudah dijual? Atau juragannya pindah tempat? Atau...atau...apakah...kenapa...terlalu banyak pertanyaan tapi Nero tak tahu jawabannya. Ia berkeliling rumah beberapa kali namun tetap tak keliatan tanda-tanda keberadaan sahabatnya di rumah itu. Sampai dia kecapekan dan tertidur di dekat kandang Caesar. Hingga esok harinya Nero terjaga.
“ Hei...pushie?” elusan tangan halus membelai bulu-bulu Nero. Dia menggeliat bangun dan melihat sesosok gadis belia sedang duduk di dekatnya.
“ Kamu temannya Caesar kan? Aku tahu kalian bersahabat dan setiap malam kamu datang menemui caesar..” Nero segera mengambil sikap siaga.
“ Tak usah takut, aku tak akan mengikatmu seperti Caesar kok..” ucap gadis itu dengan wajah tulusnya. “ Ah seandainya aku bisa bicara denganmu, aku ingin mendengar banyak tentang kisah persabatan kalian yang mengagumkan...kucing dan anjing yang berteman karib merupakan hal yang langka”
Nero masih tak beranjak dari tempatnya, dia masih berharap ada suara Caesar yang menyapanya. Berharap Caesar masih tertidur di tempat yang berbeda dari biasanya.
“ Kamu ingin ketemu caesar kan? Ikutlah denganku...” gadis itu berdiri dan melangkah ke halaman belakang. Dengan ragu-ragu, Nero mengikuti langkah gadis itu. Meski tak mengerti apa yang diucapkan, tapi dia menduga gadis itu akan membawanya menemui caesar. Instingnya mengatakan demikian dan dia yakin banget.

Di samping sebuah gundukan gadis itu berhenti, duduk dan memegang papan yang tertancap disitu. “ Caesar tewas terbunuh saat ada pencuri yang hendak menjarah rumah. Sebuah tusukan pisau membungkam suara caesar yang berusaha membangunkan kami..” ucap gadis itu dengan suara serak dan mata berlinang air mata.
Nero yang tak mengerti sepatah katapun kalimatnya, berusaha membaca pemandangan yang terpampang di hadapannya. Gundukan tanah dan sebatang papan bertulisakan sebaris huruf serta pigura bergambar wajah gagah caesar dengan bulu coklatnya yang mengkilap. Itu sudah memberikan jawaban yang sangat jelas bagi Nero.

Ada sesayat pedih menyapa hatinya, ada gema kesedihan mengalun di rongga dadanya...Caesar meninggal! Sahabat terbaiknya sudah tak bisa lagi di temui, tak ada lagi teman yang setia mendengarkan ceritanya...tak akan ada lagi anjing ramah yang menantikan kehadiranya. Tak hanya hidup terikat yang harus dijalani caesar, tapi juga haknya untuk bisa mempertahankan diri tak bisa dia peroleh saat ancaman maut menghampirinya.
“ Selamat menikmati kemerdekaanmu kawan, kini engkau telah bebas. Terima kasih sudah menyapaku saat itu hingga kita bisa berteman...” ucap Nero sebelum beranjak meninggalkan makam sahabatnya.

“Persahabatan yang tulus bisa terjalin tanpa melihat perbedaan.
Sahabat bisa ditemukan dari arah manapun dan melaui berbagai cara serta jalan. 
True friendship will never die”





Nero dan Caesar ini diikutkan pada

Giveaway Persahabatan NF





Read More >>