Mengaca Pada Cermin Usia

Adakah kita sadari,
Menyongsong fajar ulang tahun
Adalah setahun waktu menambah lipatan usia,
terkulum menjadi cerita masa lalu
Dua belas purnama menambah bilangan usia
Adakah tilasan kesan memaknai di kening jiwa?

Adakah kita sadari,
Di setiap detak jantung dan tarikan nafas
Tertulisi lembar demi lembar catatan panjang kehidupan
Terukir  rapi karya dan amal
Goresan dosa serta khilaf pun melengkapi

Adakah kita sadari,
Bilamana kebeningan jiwa dalam kehambaan diri
Menyingkapi warna laku serta menelanjangi keberadaan diri:
       Alangkah sering kita mendurhakai Sang DIA
       Mensyukuri karuniaNYA ataukah mendustakan ?

Ya Rabb,
Kerinduanku cuma sederhana
Yang terselip pada labirin hati
Kejujuran yang fitri dan keyakinan jelitanya hari esok
Nan erat kudekap kendati tubuhku letih
Tuntunlah langkahku yang tertatih untuk tawakkal
Bersimbah kepasarahan dalam keheningan
Agar bukan hanya bilangan usiaku yang bertambah

Ya Robb....
Ku mengaca pd cermin waktu, 
Debu-debu salah dan khilaf diserata tapak kaki, 
Dan sulitnya mensucikan gerak hati, 
Nan sejatinya tak ada tujuan 
Selain mengharap keridhoanMU Ya ROBB....



By Ririe Kinanthi 
Dedicated to my B'Day
Banyuwangi, December 18,2010 
Read More >>

Senandung Rindu

Kenangan redup yang membangkit

bersenyawa dengan partikel – parikel udara

Mengungkit haru rintihan hati

dan membentangkan sayap-sayap lara perpisahan

Yang tlah teranyam dalam bingkai masa lalu.



Tapi tetap saja lekat

Diorama hati yang menangis kala melihat langkahmu

yang jauh dan semakin menjauh ketika itu

Adalah tawa dan luka yang bersenggama mesra,

duka yang mencabik segenap saraf sukma

dan palung kesunyian yang menghunjam di relung sanubari



Salam perpisahanmu kepada ‘sgala kehangatan asmara

Dalam sendiri, dawai kerinduan itu kadang mash berdenting

bergema di ruangan nurani meski tak lagi seindah dulu

Sementara bayangmu pun kian memudar dan kabur

Diantara tautan harap dan kenyataan.


By: Ririe Kinanthi ( 2006 ) 
Read More >>

Waktu Seorang Pemuda Memasuki Mushola

Aku ingat Habil dan Qabil sewaktu negara - negara besar mempersenjatai diri dengan bom - bom neutria.
Katastrope kota Sodom dan Gomorah sewaktu tertatap gincu di bibir lelaki di lobby hotel.
Wajah demokrasi yang pasi dan keadilan yang meleleh.
Peragaan kesucian semu, jihad yang di putar balikkan.
Menghalalkan cara bahwa KAU ada di mana-mana,
menguntitnya setia, mengawasi ketat rambutnya yang gugur, 
memetik biola di keheningan,
menggenggam jantung serta mengunci usia,
menyodorkan sabar prajurit yang hilang ketika perang.

Mereka malah menutup pintu dan jendela-jendela
Menyimpul erat firmanMU di musium
Materi adalah muara gerak mesin kehidupannya
Mementang jala pamrih dan melahap mayat sesama

Kerinduanku cuma sederhana
Menatap bintang tariq yang memancar menyibak gulita
Kejujuran yang fitri, keleluasaan melaksanakan firmanMU
Dalam gundah, riwayat NAbiku yang berjihad
di tengah lecutan pedang dan tombak Abu Jahal adalah pecahan kaca
yang terselip pada lipatan hati

Ya Rabb,
Kutetap tak bergeming, keyakinan jelitanya hari esok
pada kebesaran agamaMU
Erat kudekap kendati tubuhku letih
Tumpah pasrahku dalam sujud yang pertama
Di altar keabadian yang menjembatani ke arazMU
SEnyum ajaib yang mekar bersama ufuk tak bermega
Keanggunan pagi, tetesan firdausi
Pada cermin mukaMU yang bening
Malu aku berkaca-kaca
Karena disitu, akan terpantul kerut-kerut hitamku
Aku ingat Tola'al Badru'alaina dan nabiku di atas unta memasuki Quba dengan langkah-langkah pasti
Tatkala seorang pemuda berbekal keyakinan
Memasuki mushola.


By: Joko Santosa Hape (Panji MAsyarakat, Jkt Des, 1970)



Notes:
Puisi yang aku temukan secara tidak sengaja pd lembaran majalah saat aku masih SMP/SMA, yang entah berasal dari mana.  Puisinya sangat menarik buatku, sehingga aku menyimpannya dan sekarang aku masukkan dalam Blog puisiku ini. Semoga bisa jd inspirasi bagi yang membacanya....

Read More >>

Merasuk Dalam Asma ALLAH Semesta

Merasuk dalam asma Allah semesta
Aku berjalan menerobos gerimis dihari senja
Aku dengan seluruh gelegak pesonaku menggenggam wajahMU
Agar sampai angan rinduku di keharibaanMU
Apakah namanya ini jika bukan taqarrub?
Membiaskan semangat cinta kasih dalam wujud
Maka terimalah sembahyang kami Semestaku
Janganlah berdiri kaku di situ
Ikutlah terlibat dalam pelukan ini
Agar mutlak peristiwa sujud kami

Adapun jika sesat nafsu membakar
itu adalah soal yang harus di perjuangkan
itu dosa bagi perjanjian
Tapi bukan bagi kedamaian kita
Bagi kerelaan dan pengorbanan

Allah Sang Maha Cinta tidaklah berpandangan kaku
atau cuci tangan terhadap gelombang jiwa yang ingin tenggelam
Allah dengan segala perbendaharaanNYA yang mentakjubkan
mengupas kening kita
dan meniupkan pemaafan
Seperti kau ketahui IA bagaikan cakrawala

Kegaibannya yang sering tak kentara
Tapi menjamin kelelapan tidur kita
Maka supaya terlihat bayanganNYA
Aku berjalan menerobos gerimis di suatu hari senja
Aku menerobos gerimis yang tak ada habisnya
Turun dalam jiwa yang membasahi nyawa
Aku ikut irama lagunya
Merasuk dalam Asma Allah Semesta



Puisi : MH Ainun Najib
Read More >>

NAFIRI TAHUN BARU...

NAFIRI TAHUN BARU

Grafik waktu,rentang masa lampau,kini dan nanti
Adalah sebuah anak panah yang dilepas oleh ILLAHI
Dan tak mungkin kembali mengulang kesilaman zaman

Sungguh misteri ilmu pengetahuan yang mengundang tanya
semua insan
Datang dan pergi,
Tanpa pemandu,

Tanpa bisa diatur maupun dipacu oleh karsa manusiawi
Hadir dengan segenap gugus kemungkinan dan harap
Pergi melampui batas cakrawala sesuai garis kodrat

Tik,tak,tik,tak,tik,tak.............
Antara yang berlalu dan yang baru,
Pergantian waktu telah membekukan terlewatinya dua
belas purnama

Di kursi silam
Menghamparkan dekade untaian hari-hari baru
Setelah serangkum waktu yang dikulum matahari senja di
akhir tahun

Tahun Baru,
Melepas serangkum waktu untuk lembar deret era baru
Gelegaknya bermakna menyegarkan tiap sel saraf

Manakala pahat renungan mengembara menggelayuti hampar keheningan
Memenuhkan tadabbur tentang jejak-jejak yang tlah berlalu
Kaca benggala diri demi langkah di esok hari
Agar menyuburkan bara asa menoreh warna lebih indah,

Dan
Kian nyata kejamakan makna tahun baru
Dengan irama Yassien membangkitkan gairah sukma
Menyalakan Al Ashr sebagai pelita sambut tamu waktu
Adalah butir-butir kearifan insani

Karena
Di pelupuk hasrat dan ambisi, membentang tumpuk asa
Mengembang dan memacu gelora jiwa meraba resiko
Menebarkan rintangan di tiap jengkal harapan

Dan
Tetaplah setia meniti garis-NYA
Bersama Nafiri hati,
Laksa doa untuk teguh memburu ridho Sang ROBB smata


By: RIBUT Khinanthi
(Januari 1994)
Read More >>